Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Wawasan Generalis

Kamis, 20 Oktober 2022 | Oktober 20, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-10-21T01:31:31Z



Abinews.com - Saudaraku, mengapa wawasan generalis itu penting, sehingga rejim pendidikan tinggi di China mengubah kurikulumnya dari kecenderungan over-spesialisasi ke arah penyiapan mahasiswa generalis yang mampu berpikir independen dan inovatif?

Pagi ini saya baca ulang buku "Behave: The Biology of Humans at Our Best and Worst" (2017). Jawabannya karena kehidupan manusia itu kompeks yang hanya bisa dipahami keutuhannya dengan perspektif multi disiplin dan trans disiplin.

Mendapati seseorang baru saja bertindak, bagaimana cara kita menjelaskan perilaku tersebut? Penjelasan pertama karena apa yang terjadi pada otak orang itu sedetik sebelumnya.

Mengapa otak orang itu bekerja? Karena beberapa saat sebelumnya memperoleh rangsangan dari penglihatan, pendengaran dan penciuman.

Mengapa alat-alat indera itu bekerja? Karena pengaruh pergerakan hormonal beberapa jam atau hari sebelumnya. Pada tahap ini kita mulai bicara neurobiologi dan dunia penginderaan dari lingkungan kita serta endocrinology jangka pendek untuk  menjelaskan mengapa orang itu bertindak.

Pertanyaan selanjutnya, lingkungan seperti apa beberapa minggu bahkan tahun sebelumnya yang dapat mengubah struktur dan fungsi otak orang tersebut  sehingga mengubah caranya berespon terhadap  hormon dan stimuli lingkungan? 

Maka kita akan melihat lebih jauh pada masa kanak-kanak orang tersebut, bagaimana lingkungan suasana janin serta susunan genetiknya. 

Kita juga bisa memeriksa lingkungan budaya seperti apa yang membentuk perilaku sekelompok individu, dan lingkungan ekologis seperti  apa yang membentuk budaya seperti  itu.

Akhirnya, mengapa susunan genetiknya seperti itu? Karena faktor-faktor ribuan/jutaan tahun yang membentuk evolusi gen tersebut. Di sini kita bicara psikologi, antropologi, sosiologi, dan biologi molekuler, dan sebagainya .

Alhasil, bahkan satu tindakan hanya bisa dipahami sepenuhnya dengan penjelasan multi disiplin secara simultan. Betapa sempitnya wawasan kita terhadap  keutuhan eksistensi manusia.

Makin banyak belajar, makin sadar untuk tidak tergesa-gesa memberikan penilaian (judgement).

Makin banyak tahu makin merasa tak tahu, mau menerima asupan multiperspektif, bisa berempati dengan memberi peluang bagi yang lain menyingkapkan diri, demi pemahaman yang lebih utuh. (Red)

Sumber Artikel : Yudi Latif M.A.,P.hD (Cendekiawan Muda, Peneliti di LIPI, Dosen UIN dan Unpad, Pengamat Politik, Alumni Australian National University)

×
Berita Terbaru Update