Abinews.com - Saudaraku, setiap perjalanan menorehkan suatu kisah. Dan setiap kisah mewartakan aktor dan pendampingnya.
Menunggu masuk pesawat bisa sangat menjemukan, apalagi bila jadwal keberangkatan molor. Diperlukan kemampuan menyusun ulang sikap mental, dari perasaan sia-sia menjadi peluang.
Peluang terbaik untuk memanfaatkan waktu terbuang adalah berburu buku.
Setelah memeriksa rak demi rak toko buku yang ada, cara terlega melepas kepenatan adalah memesan segelas kopi.
Menyeruput secangkir kopi ibarat satu pelukan dengan kecupan rindu. Cintaku padanya berjalan putus sambung.
Mulai jatuh cinta sedini masa sekolah dasar dengan kebiasaan menyeruput kopi tubruk, kisah asmara pun putus begitu kuliah sarjana satu berakhir, karena lambung yang tak bisa terima.
Dalam suatu kunjungan ke Aceh beberapa tahun silam, penemuan kiat baru minum kopi membuat cinta lama bersemi kembali.
Kutemukan rahasia sentuhan kopi yang bersahabat dengan lambung: kopi Arabica, teristimewa Arabica Gayo.
Sejak itu, nyaris tiada kisah perjalanan tanpa buku dan kopi. Buku dan kopi adalah mitra setia yang senantiasa menemaniku dalam perjalanan menghikmati dan menafsir dunia.
Kopi melambungkan gairah pikiran. Buku meluaskan horison pikiran. Kopi melancarkan aliran pikiran. Buku meluruskan arah pikiran.
Keduanya ibarat soulmate. Sekali ditemukan, susah dipisahkan. (Red/Makrifat Pagi, Yudi Latif)
